Tentang 5 Waktu oleh Kurniawan Gunadi

  • Duduk di atap rumah , malam - malam bersama ibu memang romantis , ayah dulu mendesain rumah ini dengan atap terbuka di lengkapi dengan teleskop Celestron yang menyenangkan untuk melihat langit lebih jauh dimalam cerah di desa yang sepi seperti ini.
  • Ibu tiba-tiba membuka percakapannya sendiri tanpa persetujuan topik seperti biasa
  • Ibu : hey Nak , apa kau rajin shalat 5 waktu di Bandung sana ?
  • Aku : InsyaAllah , Bu
  • aku menjawab sambil mengintip lubang teleskop untuk melihat bulan purnama , cantik sekali.
  • Ibu : di masjid apa di kosan ?
  • Aku : kadang di masjid , kadang di kosan , kenapa Bu ?
  • Ibu : ah kau ini , sama saja kayak bapakmu dulu , hahahaaa kalau bisa kau rajin 5 waktu di masjid sekarang . Besok kalo udah punya istri mungkin tidak bisa rajin2 banget lagi.
  • Aku mengalihkan perhatian dari teleskop , duduk di depan ibu menuntut penjelasan.
  • Ibu : kau tahu , kau ingat , apa ayahmu rajin ke masjid 5 kali sehari ?
  • Aku : tidak bu , hanya paling 3x sehari , hari senin sampai rabu , magrib sama isya beliau di rumah, kamis sampai ahad subuh sama ashar di rumah , kecuali jumat , beliau 5x insyaAllah jamaah di masjid
  • Ibu : nah kau ingat itu , itulah kebijakan bapakmu dulu waktu awal menikah sama ibu , kau tahu kenapa ?
  • jelas ini pertanyaan retoris , tidak perlu jawaban untuk menunggu penjelasan lanjutan dari ibu
  • Ibu : karena ayahmu ingin mengajarimu shalat berjamaah di rumah , merasakan nikmatnya berjamaah bersama kamu dan adikmu , ketika sudah besar bukankah kau yang disuruh menjadi imam ? ayahmu ingin mengajarimu menjadi pemimpin , disisi lain ayahmu pasti menyeret2mu ketika kau malas ke masjid jika tidak ada jamaah di rumah . Kau ingat dulu bukan ? Makanya sebelum kau menikah , rajin2lah jamaah di masjid , kelak kalau sudah menikah , kau akan memikirkan pertimbangan-pertimbangan seperti itu. Anak-anakmu harus tahu rasanya jamaah bersama di masjid ,dan kehangatan jamaah di rumah . Kau tentu tidak akan meninggalkan istri dan anakmu di rumah sementara kau kerajinan jamaah di masjid bukan ?
  • aku tersenyum , akhir-akhir ini ibu sudah banyak bicara masa depan , yah aku sudah lulus , sudah bekerja , nunggu apalagi , begitu katanya. Lantas aku kembali ke teleskop.

No comments:

Post a Comment