Mungkin dunia melihatnya begitu sempurna, diagungkan dan disegani. Apa yang diperbuat terlihat sangat etis. Tapi hati bisa menerobos lebih dalam dibanding dengan mata. Menemukan bahwa itu etiket, bukan etika. Bungkus adonan etiket tebal dengan kemunafikan. Yang hanya hati yang bisa mendeteksinya. Jaga hati dan pikiran agar orang di sekitar kita tidak kecewa.
Selembar kertas menangis terinjak-injak pejalan kaki. Di atas sana ia melihat pesawat terbang yang begitu besar bisa terbang. Mengapa yang besar bisa terbang, oh mungkin karena bahan bakar. Ia mengolesi dengan bahan bakar, justru badannya jadi perih dan kaku. Ia juga melihat burung terbang. Oh mungkin karena bulu di sayapnya. Kertas menempeli dirinya dengan bulu. bukannya bisa terbang, justru badan semakin tidak nyaman. Kemudian ia melihat layang2 terbang. Mengapa kertas itu juga bisa terbang dan aku tidak? Ia bertanya pada layang2 dan dijawab. Kamu harus punya penampang bro... Tuhan sudah sediakan angin secara gratis..
Tapi kamu harus menyediakan penampang agar angin bisa menerbangkanmu. Seberapa penampang yang kita, manusia miliki? Sering kah kita memanfaatkan tiupan angin untuk mencoba meraih hal lebih baik? Ataukah kita terlempar oleh tiupan angin.. Sekedar bahan perenungan di akhir pekan ini. Selamat hari Minggu.
Status Tulus: Cintailah pasangan kita sepenuh hati, tidak perlu dipertanyakan lagi. Tidaklah berarti kalaupun ada kekurangan pada dirinya, karena toh kita juga manusia biasa yang tak sempurna.
Kebaikan yang kita lakukan dengan niat tulus belum tentu selalu mendapatkan apresiasi, sering kali malah ada yang memanfaatkan untuk kepentingan mereka sendiri. Apakah kemudian itu mengurangi makna kebaikan kita? Sama sekali tidak. Kebenaran akan muncul tepat pada waktunya. Wahai yang berhati lihatlah buah dari Roh, bukan hasutan orang. Saatnya akan datang mengawal kebenaran bagi pelaku kebaikan. Indahnya dunia ketika kebaikan diterima sebagai kebaikan. Ketika penyebar fitnah tidak ada yang percaya. Alangkah damainya dunia jika kita menjadi bagian dari kebaikan dan kebenaran.
Ciyuuuuss...Miapah? Masih mewarnai banyak perbincangan. Yakinlah ini musiman juga. Hanya saja mariiii kita cermati kata2 ini...bhs gaul sebelumnya adl sumpe loe... Demi apa? Kira-kira hampir samalah maknanya. Kembalikan ke ajaran agama masing-masing, apakah untuk meyakinkan sesuatu kita boleh bersumpah? Apakah kita berhak atas sehelai rambutpun? Apakah kita boleh bersumpah demi sesuatu yg atasnya kita tdk ada kuasa apapun..
Dikutip dari status-status Facebook Dosen Budaya Nusantara saya, Yohanes Supriyanto