Oktober Dua Puluh Satu

Pukul sebelas tiga delapan, Oktober dua puluh satu
Langit-langit kamar; lemari coklat berpintu dua; tumpukan buku di atas meja belajar

Pukul sebelas tiga sembilan, Oktober dua puluh satu
Mug plastik hijau berisi penuh air; sebungkus mie instan di atas lemari; kerudung coklat yang disampirkan begitu saja

Pukul sebelas empat nol, Oktober dua puluh satu
Kalkulator yang tertelungkup di atas tumpukan buku; Kardus yang mulai rusak di bagian ujungnya; Exhaust fan yang dibiarkan menyala

Di sini; kuselesaikan minggu berat ini.
Deadline mengejar
Tugas menjerit ingin disentuh

Ah
Yang penting semuanya selesai
Aku menang kan?

Pukul sebelas empat satu, Oktober dua puluh satu
Aku ingin hari ini cepat besok!

Menjangkau Kesempatan

Ada saatnya dimana kesempatan itu dicabut. Dimana kita tak dapat lagi melakukan kesempatan-kesempatan yang biasanya ada di depan mata. Atau sekedar membuang waktu dengan melakukan hal-hal kecil dan sedikit konyol dengan orang yang kau sayangi. Dengan seiring bergulirnya waktu dan tanpa kita sadari, waktu dimana kesempatan-kesempatan itu mudah kita raih telah lenyap dari jangkauan kita. Perlahan retak, kemudian pecah dan berbaur bersama kerlap-kerlip lampu kota di malam hari yang indah bila kau pandang tanpa bisa memilikinya kembali.


Mungkin saat ini kau sering mengeluh karena terjebak macet di perjalanan mengantar keluargamu ke sebuah pertokoan. Sambil memaki dalam hati karena mobil di depanmu tak kunjung bergerak. Atau kau sedikit terganggu dengan ocehan mamamu yang menyuruh untuk segera mematikan laptopmu.
Semuanya tampak menyebalkan ketika hal-hal yang kita hadapi tidak berjalan sesuai dengan harapan kita. Rasanya hanya ingin bebas dan melakukan apa saja yang kita mau. Dan apalagi yang bisa kau lakukan saat itu kecuali mengeluh?


Namun suatu saat kau akan merindukan hal-hal yang dulu biasa dan rutin kau lakukan.
Menikmati sinar matahari pagi ditemani dengan segelas susu hangat dan roti gandum berisi selai coklat sebelum berangkat ke kantor; Kemacetan di tengah perjalanan mengantar keluargamu ke sebuah pusat perbelanjaan; Omelan mama yang menyuruhmu untuk segera berangkat tidur dan mematikan laptopmu; Atau sekedar menjemput kekasihmu pulang kuliah dan mengajaknya makan siang di sebuah depot di pinggir jalan.


Kau masih berada di Bimasakti, tapi kau sudah keluar dari lintasanmu. Membentuk lintasan yang lebih baru lagi. Menjadi sesuatu yang baru.


Maka dari itu, selagi kau masih dapat menjangkau kesempatan-kesempatan itu, lakukanlah. Sebelum waktu benar-benar merampasnya dari genggamanmu. Sebelum waktu mengurangi porsimu untuk bertemu dengan orang-orang yang kau sayangi.


*catatan di suatu senja yang disambut dengan penuh rasa syukur. Didedikasikan kepada seseorang yang sedang belajar untuk menghargai waktu.