Halo Tante Ninik...

Percakapan dengan Tante saya di Krian..


T: "Halo Sayang, sudah kasih kado apa buat Ibu di rumah?"
E: "Belum :(.."
T: "Kado kiss aja.. Ibu kamu itu seorang ibu yang sangat baik, kado kiss jauh juga gak apa.."
E: " Hehe, iya Tante.. Emi mau ngasih kado kalo kurang lebih satu tahun lagi Emi lulus dari STAN, nilainya baik, penempatan instansi dan kotanya juga baik, biar Ibu seneng.."
T: "Oke setuju, emi harus berhasil. Tante juga pingin lihat ponakan Tante sukses semua, itu anugerah terindah buat Tante.."
E: *kemudian mewek* *speechless* 


Aamiin, aamiin. Semoga doa ini dapat terwujud kurang lebih satu tahun mendatang. Doakan Emi selalu ya Bu, Pak ;)

Selamat Ulang Tahun Ibu


"Selamat ulang tahun Ibu..", ucapku di telepon pagi ini. Yah, Ibuku berulangtahun hari ini, genap empat puluh enam tahun sudah Beliau hadir di tengah-tengah kami.
Halo Ibu, ini pertama kalinya saya tidak dapat mengucap langsung empat deret kata tersebut kepada Ibu. Meskipun tahun lalu saya sudah mulai merantau, namun saya berkesempatan untuk pulang ke Surabaya dan dapat bertemu di hari spesialmu itu. Sungguh sangat menyenangkan dapat memeluk dan mencium Ibu di hari itu.
Ah Ibu, kali ini saya tidak memiliki kado spesial untukmu. Lagi lagi dan lagi. Saya ini payah, pacar yang baru saja menemani saya setahun terakhir ini, ribut-ribut saya beri kado, tetapi untuk orang yang sudah membuat saya hadir di dunia ini, saya tak bisa memberi apa-apa.
Saya ingat terakhir kali saya membeli kado untuk Ibu, sebuah jam tangan yang sampai saat ini melingkar di pergelangan tangan kananmu. Saya ingat, saya berdebat cukup lama dengan Bapak sebelum akhirnya kami berdua sepakat membeli jam tangan tersebut. Dan saya juga masih ingat ketika Ibu membuka kado dari saya dan Bapak, Ibu malah berceletuk, "Ah, lebih baik Ibu dikasih uang saja daripada dibelikan jam tangan, kan uangnya bisa Ibu buat beli baju..", ah Ibuku ini ada-ada saja.
Oh ya Ibu, tadi Ibu bercerita kalau seorang sahabatmu juga menelepon pagi-pagi hanya untuk mengucapkan selamat ulang tahun padamu. Tante Tutik juga akan menjemput Ibu dan mengajak jalan-jalan bersama. Ah andai saja aku di Surabaya, aku juga tidak mau kalah dengan Tante Tutik, akan kuajak kemanapun Ibu mau. Ah, andai saja..
Maaf ya Bu, saya belum bisa memberikan yang terbaik buat Ibu. Entah itu IP/IPK, entah itu prestasi dalam bentuk lain. Tapi saya sudah berjanji pada diri saya sendiri, suatu saat nanti saya akan memenuhi janji saya tersebut. Cukup ridhai saya dan iringan doa tulus ikhlas dari Ibu.

Sekali lagi, selamat ulang tahun, Ibu.
Semoga rahmat dan ridha Allah senantiasa mengiringi setiap langkahmu,
Semoga berkah dan kesehatan selalu melekat dalam batin dan ragamu,
Selamat ulang tahun wanita terhebat dalam hidup saya,
Selamat ulang tahun idola favorit saya,
Selamat ulang tahun orang yang paling mengerti saya, bagaimanapun keadaannya,
Selamat ulang tahun Ibu, saya sayang Ibu :)
Untuk Ibu sekaligus sahabat sejati saya dalam hidup ini.

Karena Saya Takut, Itu Saja.

Saya menemukan tulisan yang sangat baik yang dapat melukiskan mengenai apa yang terjadi pada hari-hari di padang mahsyar saat seluruh umat manusia dari seluruh dunia, dari seluruh zaman, dikumpulkan oleh Allah SWT. Hari-hari di padang mahsyar ini disebut juga hari panggil-memanggil karena seluruh orang di sana, sebagian memanggil sebagian yang lain, untuk meminta pertolongan.

“Pada saat sangkakala ditiup, maka kamu sekalian datang berbaris-baris.” (QS. An-Naba’: 18)

Muadz bin Jabal RA pernah bertanya kepada Rasulullah mengenai maksud ayat di atas. Mendengar pertanyaan Muadz, baginda Nabi menangis dan basah pakaiannya dengan air mata. Rasulullah menjawab, ‘Wahai Muadz, engkau telah bertanya kepadaku perkara yang amat besar, bahwa umatku akan digiring, dikumpulkan berbaris-baris.’
Barisan Pertama, digiring dari kubur dengan tidak bertangan dan berkaki. Mereka itu adalah orang-orang yang sewaktu hidupnya menyakiti hati tetangganya.
Barisan kedua, digiring dari kubur berbentuk babi hutan. Mereka itu adalah orang yang sewaktu hidupnya meringan-ringankan shalat.
Barisan ketiga, mereka berbentuk keledai, sedangkan perut mereka penuh dengan ular dan kalajengking. Mereka itu adalah orang yang enggan membayar zakat.
Barisan keempat, digiring dari kubur dengan keadaan darah seperti air pancuran keluar dari mulut mereka. Mereka itu adalah orang yang berdusta di dalam jual beli.
Barisan kelima, digiring dari kubur dengan bau busuk dan bangkai. Mereka itu yang menyembunyikan perlakuan durhaka karena takut diketahui oleh manusia, namun tidak merasa takut diketahui oleh Allah SWT.
Barisan keenam, digiring dari kubur dengan keadaan kepala mereka terputus dari badan. Mereka adalah orang yang menjadi saksi palsu.
Barisan ketujuh, digiring dari kubur tanpa mempunyai lidah, tetapi dari mulut mereka mengalir keluar nanah dan darah. Mereka itulah yang enggan memberikan kesaksian di atas kebenaran.
Barisan kedelapan, digiring dari kubur dalam keadaan terbalik dengan kepala ke bawah dan kaki di atas. Mereka adalah orang berbuat zina.
Barisan kesembilan, digiring dari kubur dengan berwajah hitam gelap dan bermata biru, sementara dalam diri mereka penuh dengan api gemuruh. Mereka itulah yang memakan harta anak yatim dengan cara yang tidak sebenarnya.
Barisan kesepuluh, digiring dari kubur dengan kondisi menderita penyakit kusta. Mereka adalah orang yang durhaka kepada orangtua-nya.
Barisan kesebelas, digiring dari kubur dengan keadaan buta, gigi mereka memanjang, bibir mereka melebar hingga ke dada, dan lidah mereka terjulur sampai ke perut dan mengeluarkan kotoran. Mereka adalah orang yang suka meminum arak.
Barisan keduabelas, mereka digiring dari kubur dengan wajah yang bersinar-sinar. Mereka melewati jembatan sirat dengan secepat kilat.Mereka adalah orang yang beramal shaleh dan banyak berbuat kebaikan. Mereka menjauhi perbuatan durhaka, memelihara sholat lima waktu, dan ketika mereka meninggal dunia, mereka sudah bertaubat. Barisan ini akan mendapat balasan berupa surga.

Jiwa-jiwa Mahsyar ketika itu ada yang mencakar wajahnya dan menyesali kesia-siaan hidup sebelumnya, namun ada pula jiwa-jiwa mahsyar yang tersenyum penuh kemenangan sembari menggenggam Al-Quran di tangan kanan-nya.

Yang pasti, pergunakan kesempatan hidup kita di dunia. Maksimal. Optimal. Sampai titik nadi terakhir. Karena sungguh pada saat nanti, mereka dengan barisan yang buruk, sangat mendambakan waktu akan berbalik, walaupun satu detik saja. Nah kita yang masih dikasih kesempatan hidup di dunia (walaupun entah berapa lama lagi), masih sangat banyak kesempatan berburu amal, berburu kebaikan.

Pratami Diah Herliani