Meskipun sekarang hanya berisikan melati saja
Bukan lagi mawar merah yang biasa Bapak rawat
Iya, yang Bapak rawat dengan raut muka yang selalu gembira
Tatkala pagi maupun sore
Seingatku, Bapak tak pernah melewatkan seharipun menjenguk si merah
Bapak selalu datang dengan senyum tersungging di wajah Bapak yang semakin menua
Meskipun jari Bapak sering berdarah ketika merawat mawar
Iya, aku masih ingat
Aku baru saja pulang dari sekolah
Sore itu, duduk di teras bertemankan majalah Bobo edisi terbaru
Jari Bapak terluka, lantas aku lari ke belakang
Membawakan obat seadanya
"Terimakasih, Dek, Bapak gak apa kok, cuma sakit sedikit"
Dan kembali senyum tulus menghiasi wajah Bapak
Bapak Tukang Kebun, masih mau merawat kebun rumahku kan?
Mungkin kebunku sedikit berubah
Tidak lagi berhiaskan mawar merah yang penuh duri
Tapi digantikan dengan si putih melati
Kau tahu Pak, kenapa aku menggantinya dengan melati?
Karena dia sederhana dan wangi
Tentunya melati tak memiliki duri seperti mawar
Aku yakin jari Bapak tidak akan terluka lagi
Dan aku bisa menikmati sore dengan majalah Bobo edisi terbaru tanpa khawatir
Ya kan, Pak?
Bapak Tukang Kebun, masih mau merawat kebun rumahku kan?
No comments:
Post a Comment