Does Love Need A Reason?

Taken from kuntawiaji.tumblr.com


Lady: Why do you like me? Why do you love me?
Man: I can’t tell the reason, but I really like you.
Lady: You can’t even tell me the reason, how can you say you like me? How can you say you love me?
Man: I really don’t know the reason, but I can prove that I love you.
Lady: Proof? No! I want you to tell me the reason. My friend’s boyfriend can tell her why he loves her, but not you!
Man: Ok, Ok! Emm…because you are beautiful, because your voice is sweet, because you are caring, because you are loving, because you are thoughtful, because of your smile, and because of your every movements.

The lady felt very satisfied with the man’s answer. Unfortunately, a few days later, the lady met with an accident and went in comma. The Guy then placed a letter by her side, here is the content:

Darling, because of your sweet voice that I love you, now can you talk? No! Therefore I cannot love you. Because of your care and concern that I like you, now that you cannot show them. Therefore I cannot love you. Because of your smile, because of your every movements that I love you, now can you smile? now can you move? No! Therefore I cannot love you. If love needs a reason, like now, there is no reason for me to love you anymore. Does love need a reason? NO! Therefore, I still love you.

Cahaya yang Selalu Ada

Sore ini semacam random yang saya alami di hari keempat Ramadhan. Gelas hijau yang terisi penuh air; Blackberry di sebelahnya; bunyi kipas angin yang memenuhi kamar; sepi, sendiri. Ujian akhir telah selesai, ditutup dengan manis oleh mata kuliah SISMIOP yang hanya membutuhkan waktu kurang lebih 50 menit; ujian tercepat sepanjang sejarah perkuliahan saya. Hutang tidur pun telah lunas, setelah kurang lebih selama dua pekan, waktu tidur malam saya terganggu.






Lima belas menit yang lalu, Ibu menelepon. Saya rindu padanya, rindu pelukannya. Namun percakapan kami terputus oleh Adzan Magrib yang berkumandang di ujung telepon sana. Beliau berjanji untuk segera menghubungi saya lagi nanti.


Klasik. Seperti yang banyak dikatakan oleh orang, Ibu adalah wanita paling berjasa dalam hidup kita. Dan saya mengakuinya. Beliau selalu mengajarkan pada saya bagaimana cara bertahan hidup; menyongsong hidup; membawa hidup bersama kita lebih tepatnya. Beliaulah orang pertama yang mengajarkan kepada saya untuk tidak menangis hanya karena lelaki; yang sering terjadi di kalangan remaja-remaja wanita yang baru saja dicampakkan oleh pujaan hatinya. Karena menurut pendapat Beliau, toh masih banyak lelaki yang mau denganmu dan tentu saja tidak tega untuk membuatmu menangis. Itu favorit saya.
Dari hal yang paling kecil pun, seperti cara berpakaian. Ibu selalu mengomel ketika hanya memakai sandal jepit saja atau memakai baju serampangan sebelum keluar dari rumah.
Dan yang paling penting adalah, Ibu mengajarkan saya bagaimana cara untuk bertahan hidup. Bagaimana cara melawan orang-orang yang bertindak tidak adil kepada saya. dialah guru terbesar saya dalam hidup.


Dan sekarang, gelas hijau yang masih penuh isinya; bunyi kipas angin yang masih memenuhi ruangan; menanti Blackberry ini berdering, kabar dari ujung sana.
"Persahabatan memang obat sakit nomor satu"

Dalam "Akar" Supernova.
3 Agustus 2010
Pengumuman USM STAN 2010


3 Agustus 2011
UAS terakhir Semester II Administrasi Perpajakan

Is it a sign?

Jarak; A distance; Abstand


Jarak punya caranya sendiri untuk memberi kita waktu. Memberi kita ruang. Membuat kita melihat lebih jelas.
Terkadang kita perlu mendekat demi terekspos pada detail: derai hujan semalaman, aroma kopi yang tertinggal di udara, halusnya pasir dalam genggaman, pertemuan yang mendekati selesai, sebuah akhir. Terkadang kita perlu menjauh demi terpapar pada kenyataan: jalanan yang banjir akibat hujan seharian, cangkir kopi yang sudah lama kosong, sampah lengket yang menyangkut dekat garis pantai, kesempatan kedua, sebuah awal.
Tak mudah mengakrabi jarak. Ia hadir secara acak. Jauh-dekat hanya merupa garis-garis buram ketika dilewati dalam kecepatan maksimum. Ada saatnya kita tak tahu kapan harus menarik jarak, dan kapan harus melesak dalam. Ada saatnya kita tak tahu kapan harus memagari hati atau menitipkannya pada orang lain.
Tapi jarak adalah teman yang baik. Pelan-pelan, jarak mengajari kita bahwa sesuatu yang indah akan tetap indah, baik ketika dilihat dari jauh maupun ketika dilihat dari dekat.

time to release the balloons and watch them disappear again



Ketika kamu ingin melepaskan sesuatu, visualisasikan gambaran ini: ikatlah sesuatu yang ingin kamu lepaskan itu pada sebuah balon gas, kemudian lepaskan balon gas itu, dan saksikan ketika ia naik semakin tinggi ke langit dan akhirnya hilang dari pandanganmu.
Belakangan, saya merasa balon-balon saya mulai memenuhi ruang. Ia berceceran mulai dari kamar tidur, koper, kolong tempat tidur, meja belajar, jalan raya, sampai sudut hati. Jadi, malam ini, sudah saatnya saya melepaskan beberapa ke udara dan menyaksikan mereka naik, naik, naik terus… sampai hilang dari pandangan.
We can’t have everything we want. Dan saya masih belajar pelan-pelan, untuk bisa menerima kenyataan ini dengan lapang dada. Sulit, memang. Dan mungkin masih akan selalu ada sedikit air mata yang tumpah. Tapi tak apa. Esok mungkin masih menawarkan kejutan-kejutan yang akan membuat saya tertawa bahagia.
Yang penting saya sudah menyediakan ruang. Ruang untuk balon-balon baru yang masih akan berdatangan dari waktu ke waktu.